Tokyo–
Situasi memprihatinkan dihadapi oleh korban selamat gempa bumi di Jepang, yang sejauh ini menewaskan sedikitnya 62 orang. Hujan deras yang mengguyur di tengah cuaca dingin dengan suhu membekukan dan ancaman longsor berpotensi melanda area terdampak gempa.
Gempa bumi berkekuatan Magnitudo 7,5 yang mengguncang area Prefektur Ishikawa pada Senin (1/1) sore waktu setempat, telah memicu kerusakan dan meratakan rumah-rumah, juga memutus akses terhadap area-area terpencil yang sangat membutuhkan bantuan.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (3/1/2024), otoritas Jepang sedang bergegas menyalurkan bantuan kepada para korban gempa di area-area terdampak. Namun perkiraan hujan deras di area-area tersebut yang meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya tanah longsor, berpotensi menghambat upaya penyaluran bantuan.
Cuaca buruk itu juga menghambat upaya untuk menyelamatkan dan mengevakuasi lebih banyak orang yang masih terjebak reruntuhan bangunan.
Ruas jalanan yang retak dan rusak, infrastruktur yang hancur, dan lokasi terpencil di area-area terdampak gempa paling parah telah mempersulit upaya-upaya penyelamatan. Skala kerusakan akibat gempa yang sempat memicu tsunami 1,2 meter itu masih belum jelas hingga dua hari berselang.
Di kota Suzu yang berpenduduk 5.000 rumah tangga, otoritas setempat tidak mampu merespons 72 permintaan bantuan.
Otoritas Prefektur Ishikawa mengonfirmasi 62 kematian sejauh ini, yang menjadikan gempa bumi ini sebagai yang paling mematikan di Jepang setidaknya sejak tahun 2016 lalu.
“Sudah lebih dari 40 jam sejak gempa pertama terjadi. Ini adalah pertarungan melawan waktu, dan saya meyakini sekarang adalah momen krusial dalam pertarungan tersebut,” sebut Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida dalam konferensi pers terbaru pada Rabu (3/1) waktu setempat.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.