Timbunan Perak Ditemukan di Laut Dekat RI, Ternyata Pertanda Buruk

Jakarta, CNBC Indonesia – Peneliti menemukan timbunan perak di dasar Laut China Selatan, perairan yang berada di bagian utara Indonesia. Timbunan perak tersebut diperkirakan adalah dampak dari “kiamat” perubahan iklim akibat pemanasan global.

IFL Science melaporkan riset oleh peneliti dari Hefei University of Technology dan Guangdong Ocean University of China mempelajari sejarah 3.200 tahun inti sedimen dari sampel yang diambil dari kedalaman 1.878 meter di dasar Laut China Selatan di lepas pantai Vietnam. 

Wilayah tempat pengambilan sampel adalah tempat air di permukaan laut terus menerus tertiup angin sehingga digantikan dengan air dari laut dalam yang dingin dan kaya nutrisi. Kondisi yang dinamis ini membuat lokasi tersebut sangat sensitif atas perubahan lingkungan dan bisa menjadi cerminan perubahan di tingkat global.

Para peneliti menemukan kandungan perak di dasar laut bertambah drastis mulai 1850-an, yaitu periode awal revolusi industri yang menandai lonjakan level CO2 di atmosfer. Oleh karena itu, para peneliti China mengaitkan timbunan perak tersebut dengan pemanasan global akibat aktivitas manusia.

Proses alami seperti hujan dan angin seharusnya menggerus bebatuan yang mengandung perak sehingga logam berharga tersebut seharusnya tidak memusat dan tertimbun di area sempit.

Perbedaannya, perak di dasar Laut China Selatan berasal dari aktivitas manufaktur yaitu sisa dari proses pembuatan peralatan fotografi. Namun, peneliti berpendapat aktivitas industri bukan satu-satunya penyebab timbunan perak di wilayah tersebut.

Ada faktor peningkatan intensitas muson musim panas Asia Timer yang makin intens akibat pemanasan global. Hujan yang makin deras dan angin yang makin kencang bertiup membawa nutrisi ke permukaan laut sehingga mikroorganisme laut bisa lebih produktif berfotosintesis.

Mikroorganisme ini “menyerap” juga material perak dan kandungan metal lainnya. Ketika mati, sisa mikroorganisme tersebut mengendap sebagai sedimen laut membawa serta “harta karun” perak ke dasar laut.

Meskipun sampel yang dipelajari hanya berasal dari wilayah spesifik di Laut China Selatan, penemuan para peneliti bisa juga terjadi di area pantai lain di seluruh dunia.

Ironisnya, penumpukan perak dan mineral berharga lainnya bisa mengundang aktivitas pertambangan dasar laut. Selain perak, dasar laut juga mengandung tembaga, timbal, emas dan material lain yang dibutuhkan untuk membuat baterai seperti nikel, mangan, dan kobalt.

Peningkatan aktivitas pertambangan dasar laut bisa berdampak luar biasa terhadap lingkungan hidup dan bisa merusak keseimbangan laut.

(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:




Next Article


Peneliti Sebut Makan Daging Ular Kunci Keselamatan Umat Manusia
 

Updated: September 11, 2024 — 6:37 pm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *