Wall Street Mengawali September Dengan Buruk, Bursa AS Kebakaran

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS) kompak dibuka anjlok pada awal perdagangan hari ini Selasa (3/9/2024). Wall Street mengawali perdagangan di hari pertama bulan September dengan catatan buruk.

Pada awal perdagangan Selasa (3/9/2024), Dow Jones bergerak melemah 0,18% di level 41.489,67 begitu juga dengan S&P 500 dibuka lebih rendah 0,60% di level 5.614,75, diikuti dengan Nasdaq yang bergerak turun 0,72% di level 17.585,45.

Indeks utama Wall Street turun lebih dari 1% karena investor menilai data aktivitas pabrik terbaru, dengan serangkaian laporan pasar tenaga kerja AS yang akan dirilis di sepanjang minggu ini dapat memengaruhi tingkat pelonggaran kebijakan moneter oleh The Federal Reserve (The Fed) tahun ini.

Pengukur manufaktur AS naik tipis pada bulan Agustus dari level terendah delapan bulan pada bulan Juli di tengah beberapa perbaikan dalam ketenagakerjaan, tetapi tren keseluruhan terus menunjukkan aktivitas pabrik yang lesu.

Berdasarkan laporan ISM Manufaktur, PMI Manufaktur AS tercatat di level kontraksi 47,2% pada periode Agustus 2024, naik 0,4 poin persentase dari 46,8% yang tercatat pada periode Juli. Namun, hal itu menandakan aktivitas ekonomi di sektor manufaktur mengalami kontraksi pada periode Agustus untuk bulan kelima berturut-turut dan ke-21 kalinya dalam 22 bulan terakhir.

Penurunan bursa saham AS didorong oleh anjloknya saham-saham teknologi, dimana Nvidia (NVDA) anjlok hingga 7%, Apple (AAPL) turun 2%, dan Alphabet (GOOGL) terkoreksi 2,58%.

Kini para pelaku pasar menunggu sejumlah laporan pasar tenaga kerja yang akan dirilis di sepanjang pekan ini, menjelang data penggajian nonpertanian untuk periode Agustus pada hari Jumat. Pasar tenaga kerja menjadi sorotan lebih besar, setelah laporan bulan Juli mengisyaratkan perlambatan yang lebih besar dari yang diperkirakan, yang akibatnya memicu aksi jual global pada aset-aset berisiko.

Pertemuan bank sentral AS akhir bulan ini akan dicermati dengan saksama, menyusul dukungan terbaru dari Ketua Jerome Powell untuk penyesuaian kebijakan yang akan datang.

Menurut FedWatch Tool milik CME Group, peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin berada di angka 63%, sementara peluang untuk penurunan yang lebih besar sebesar 50 bps berada di angka 37%.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(saw/saw)

Saksikan video di bawah ini:




Next Article


Wall Street Dibuka Menghijau, Dow Jones Menuju Rekor Sepanjang Masa
 

Updated: September 3, 2024 — 5:38 pm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *